LAPORAN PENDAHULUAN
A.
Masalah Utama
Isolasi sosial : Menarik diri.
B.
Proses Terjadinya Masalah
1.
Pengertian.
Menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain. Menurut Townsend, M.C (1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlin, 1996).
2.
Etiologi
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah
yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap
diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri
(Carpenito,L.J,2002:352)
a.
Faktor predisposisi
1)
Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki
tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
orang tua/pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa tidak percaya.
2)
Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
3)
Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga
yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
b.
Stressor Presipitasi
1)
Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil,
yang dirawat di rumah sakit.
2)
Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (menarik diri).
3.
Tanda dan Gejala
a.
Apatis
b.
Ekspresi wajah sedih
c.
Afek tumpul
d.
Menghindar dari orang lain
e.
Klien tampak memisahkan diri
dengan orang lain
f.
Komunikasi kurang
g.
Kontak mata kurang
h.
Berdiam diri
i.
Kurang mobilitas
j.
Gangguan pola tidur (Tidur
berlebihan/ kurang tidur)
k.
Mengambil posisi tidur seperti
janin
l.
Kemunduran kesehatan fisik
m. Kurang memperhatikan keperawatan diri
4.
Mekanisme Sebab Akibat
a.
Harga
diri rendah yang kronis
Pengertian :
Harga diri rendah adalah
perilaku negatif terhadap diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
(Towsend, M.C. 1998).
Harga diri
klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien lebih suka
sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien
mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistic.
Tanda dan Gejala
1.
Mengejek dan mengkritik diri
sendiri
2.
Merendahkan atau mengurangi
martabat diri sendiri
3.
Rasa bersalah atau khawatir
4.
Manifestasi fisik : tekanan
darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
5.
Menunda dan ragu dalam
mengambil keputusan
6.
Gangguan berhubungan, menarik
diri dari kehidupan sosial
7.
Menarik diri dari realitas
8.
Merusak diri
9.
Merusak atau melukai orang lain
10.Kebencian
dan penolakan terhadap diri sendiri.
b.
Menarik
diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi.
Hal ini dusebabkan karena dengan menarik diri, klien
hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.
Tanda dan Gejala
1.
Melirikkan
mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara
2.
Mendengarkan
dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada
benda mati seperti mebel, tembok dll
3.
Menggerak-gerakkan
mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara
4.
Duduk menyendiri
c.
Akibat
Perubahan persepsi sensori :
Halusinasi
Pengertian
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu baik (Carpenito, 2006).
C.
Pohon Masalah
|
|
Perubahan Persepsi sensori :
halusinasi
|
|
Akibat
Isolasi
sosial : menarik diri
|
|
Care
problem
Gangguan
konsep diri Harga diri rendah situasional
|
|
Penyebab
D.
Masalah
Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1.
Perubahan
persepsi sensori: Halusinasi
Data
Obyektif :
a.
Berbicara dan tertawa sendiri
b.
Bersikap seperti mendengar atau
melihat sesuatu.
c.
Berhenti berbicara di tengah
kalimat seperti mendengar sesuatu.
d.
Duduk menyendiri dan Disorientasi.
Data Subyektif
Pasien mengatakan : Mendengar
suara – suara, melihat gambaran tanpa adanya stimulasi yang nyata, mencium bau
tanpa stimulasi.
2.
Isolasi
sosial : menarik diri
Data
Obyektif :
a.
Tidak memeprdulikan lingkungan.
b.
Kegiatan menurun, mobilitas
kurang.
c.
Klien tampak diam, melamun dan
menyendiri.
d.
Menghindar dari orang lain
e.
Komunikasi kurang
f.
Kontak mata kurang
Data Subyektif
Klien mengatakan lebih suka
sendiri daripada berhubungan dengan orang lain.
3.
Gangguan
konsep diri : Harga diri rendah
Data
Obyektif :
a.
Perasaan malu terhadap diri
sendiri.
b.
Rasa bersalah terhadap diri
sendiri (mengkritik diri).
c.
Merendahkan martabat.
d.
Gangguan hubungan social,
menarik diri, lebih suka sendiri.
e.
Percaya diri kurang (sukar
mengambil keputusan)
f.
Menciderai diri akibat harga
diri rendah serta tatapan yang suram.
g.
Klien tampak lebih suka menyendiri, bingung bila
disuruh memilih alternative tindakan, menciderai diri/mengakhiri kehidupan.
Data
Subyektif
Klien mengatakan saya tidak
bisa, saya tidak mampu, bodoh tidak tau apa – apa,, klien mengungkapkan rasa malu terhadap diri sendiri.
E.
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan
persepsi sensori : halusinasi b/d menarik diri.
2.
Isolasi
sosial : menarik diri b/d harga diri
rendah.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
SP 1 P
Klien tamppak menyendiri
Klien menghindar dari kontak mata
Klien tidak dapat mempertahankan
komunikasi yang lama.
Klien tampak merenung di pojok
ruangan.
3. Tujuan khusus :
a.Klien dapat membina hubungan saling percaya
b.Klien dapat menyebutkan penyebab menarik
diri.
c.Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
d.Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
4. Tindakan keperawatan.
1.
Sapa
klien dengan ramah,sambil berjabat tangan,tanyakan nama lengkap dan
Nama lengkap dan nama panggilan yang disukai.
2.
Mendiskusikan
faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
3.
Mendiskusikan
keuntungan berinteraksi
4.
Mendiskusikan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
5.
Mendiskusikan
cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap K-P
6.
Masukkan
dalam jadwal harian.
ORIENTASI
(PERKENALAN):
1.
Salam Terapeutik
“Selamat pagi ”
“Saya rista islamarida, Saya senang dipanggil rista,
Saya mahasiswa UNDIP yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini“Apa keluhan ibu hari ini?”
Bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu ? Mau dimana
kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu?
Bagaimana kalau 15 menit”
KERJA:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang
paling dekat dengan ibu? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang
membuat ibu jarang bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini?
O.. ibu merasa sendirian? Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja
kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?”
“Apa yang
menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?”
”Menurut
ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa
lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga
ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ya ibu ? belajar
bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho
ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang
dipanggil T. Asal saya dari Flores, hobi memancing”
“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya
dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu.
Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu
bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan.
Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan
sebagainya.”
TERMINASI:
1.
Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”
2. Evaluasi Obyektif
” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan
dengan baik sekali”
”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang
kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain.
3. RTL
S mau
praktekkan lagi.... Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal
kegiatan hariannya.”
4. Kontrak
* Topik
Ibu
besuk kita bertemu lagi ya..untuk mengajak ibu berkenalan dengan teman saya
perawat N
* Waktu
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini.
Bagaimana, ibu mau kan?”
* Tempat
”
Disini saja ya bu....
”Baiklah, sampai jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
SP 2 P
Klien sudah dapat membina hubungan
saling percaya dengan perawat.
Klien dapat mengenal penyebab menarik
diri.
3. Tujuan
khusus :
1)
Klien
dapat melaksanakan hubungan sosial.
4. Tindakan keperawatan.
1)
Evaluasi/validasi
pertemuan sebelumnya
2)
Mendiskusikan
cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap K-P-Plain
3)
Masukkan
dalam jadwal harian.
ORIENTASI :
1. Evaluasi Subyektif
“Selamat pagi bu! ”
2 . Evaluasi Obyektif
« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita
tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat ! »
« Bagus sekali. ibu masih ingat.
3. Kontrak
* Topik
Nah seperti janji saya, saya akan mengajak ibu
mencoba berkenalan dengan teman saya
perawat T.
* Waktu
Tidak lama
kok, sekitar 10 menit »
* Tempat
« Ayo kita temui perawat T disana »
KERJA :
(
Bersama-sama klien saudara mendekati perawat N)
« Selamat
pagi perawat N, ini ingin berkenalan
dengan N »
« Baiklah
bu, ibu bisa berkenalan dengan perawat T seperti yang kita
praktekkan kemarin «
(pasien
mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat T : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada
lagi yang ibu ingin tanyakan kepada perawat T . coba
tanyakan tentang keluarga perawat T »
« Kalau
tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi
perkenalan ini. Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat T,
misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat T, karena ibu
sudah selesai berkenalan, saya dan ibu
akan kembali ke ruangan ibu. Selamat pagi »
(Bersama-sama
pasien saudara meninggalkan perawat T untuk melakukan terminasi dengan klien
di tempat lain)
TERMINASI:
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu
setelah berkenalan dengan perawat T”
” ibu
tampak bagus sekali saat berkenalan
tadi”
”Pertahankan
terus apa yang sudah ibu
lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan
berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.
2.Evaluasi
Obyektif
Bagaimana, mau coba dengan perawat lain.
3.
RTL
Mari
kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri.
4. Kontrak
* Topik
Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa?
* Waktu
Jam 10?
Sampai besok.”
* Tempat
” mau
dimana.... diteras...baiklah...sampai jumpa...
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
SP 3 P
Klien sudah mengetahui keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian jika tidak berhubungan dengan orang lain.
3. Tujuan
khusus :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
4. Tindakan keperawatan.
1)
Evaluasi/validasi
pertemuan sebelumnya
2)
Mendiskusikan
cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap K-P-K lain
3)
Masukkan
dalam jadwal harian.
ORIENTASI:
1. Salam Terapeutik
“Selamat
pagi bu!
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Tkemarin siang”
(jika
jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T kemarin
siang”
”Bagus
sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau
begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?”
3. Kontrak
* Topik
”Bagaimana
kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”
* Waktu
”seperti
biasa kira-kira 10 menit”
* Tempat
”Mari
kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
( Bersama-sama S saudara
mendekati pasien )
« Selamat
pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »
« Baiklah
bu, ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang
telah ibu lakukan sebelumnya. »
(pasien
mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »
« Ada
lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O»
« Kalau
tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi
perkenalan ini. Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi
jam 4 sore nanti »
(ibu membuat janji
untuk bertemu kembali dengan O)
« Baiklah
O, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke ruangan ibu.
Selamat pagi »
(Bersama-sama
pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan S di
tempat lain)
TERMINASI:
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O”
2. Evaluasi Obyektif
”Dibandingkan kemarin pagi, T tampak lebih baik
saat berkenalan dengan O” ”pertahankan
apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti”
3. RTL
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan orang lain
sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu bisa bertemu dengan T, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya ibu bisa
berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana ibu, setuju kan?”
4. Kontrak
* Topik
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk
membicarakan pengalaman ibu.
* Waktu
Pada jam yang sama dan
* Tempat
tempat yang sama ya. Sampai besok.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
SP 1 K
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau
keluarga
1.)
diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2.)
Menjelaskan
tentang:
·
Masalah
isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
·
Penyebab isolasi sosial.
·
Cara-cara
merawat pasien dengan isolasi sosial
3)Masukkan dalam jadwal harian.
ORIENTASI:
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi
Pak”
”Perkenalkan saya perawat Y....., saya yang
merawat, anak bapak”
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi/validasi
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana
keadaan anak sekarang?”
3. Kontrak
*
Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang masalah anak Bapak dan cara perawatannya”
*
Tempat
”Kita
diskusi di sini saja ya?
*
Waktu
Berapa
lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah jam?”
KERJA:
”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak
bapak? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi
sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh
pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul
dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan
wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki
pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau
berpisah dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi
maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak
ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan
anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak
bapak, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina
hubungan saling percaya dengan anak bapak
yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga
perlu memberikan semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela
kondisi pasien.”
« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat
rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi
bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk
melakukan semua cara itu”
” Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak
lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama.
Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang
dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat
berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah,
kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi
seperti yang saya contohkan”
”Bagus,
Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”
TERMINASI:
1. Evaluasi Subyektif
“Baiklah waktunya
sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba Bapak
ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial »
2. Evaluasi Obyektif
« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali
cara-cara merawat anak bapak yang mengalami masalah isolasi sosial »
3. RTL
« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan
kembali cara-cara perawatan tersebut »
«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan
tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang
sama. »
4.. Kontrak
* Topik
« Bagaimana kalau kita betemu tiga hari
lagi untuk latihan langsung kepada S ? »
* Tempat
« Kita ketemu disini saja ya Pak,
* Tempat
pada jam
yang sama »
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan masalah isolasi
sosial langsung dihadapan pasien
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak
seperti yang kita pelajari berberapa
hari yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa
lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30 menit.”
”Sekarang mari kita temui anak bapak”
Kerja:
”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari
ini?”
”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba
tunjukkan jadwal kegiatannya!”
(kemudian
saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa
yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana
perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?”
”Baiklah,
sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
(Saudara
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah
bagus.”
« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan
cara merawat tadi kepada anak bapak »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk
mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari.
Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang
Pak »
« Sampai jumpa »
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan
lanjutan
ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka
perlu kita bicarakan perawatan lanjutan di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan
lanjutan tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau
30 menit?”
KERJA:
”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat,
mungkinkah dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan
jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan
maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus
menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor
ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah sakit”
TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak
bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala
yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
Setelah Baca Silahkan Comment Disini
Jangan Lupa Mampir Lagi!
SOPAN KAMI SEGAN